My Music is My Feeling
Bicara soal musik tentu
akan membawa perasaan ini ke dalam berbagai rasa yang pernah bersamayam dalam
lubuk hati, karena musik seperti something yang mempunyai nyawa, yang
mampu mendekap seluruh jiwa dalam balutan raga. Buatku, musik mampu mewakili
segala macam rasa, entah senang, sedih, muak, galau, ataupun rasa-rasa lain
yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Musik Selalu Mewakili Perasaan Seseorang yang Mendengarkannya |
Masa SMP kuhabiskan
dalam kepungan bangunan asrama di salah satu kota di Jawa Tengah. Saat-saat
dimana aku menjalani hari-hari tanpa musik. Memang ketika di asrama semua siswa
dilarang membawa alat-alat elektronik yang bersifat hiburan, seperti radio,
televisi, handphone, dsb. Yah, itulah peraturan! Konsekuensi dari
pilihanku.
Lalu? Apakah aku
kehilangan musik?
Jawabannya tidak! Saat
dimana peraturan nyang ketat berjalan, hal yang paling lazim terjadi adalah
pelanggaran pada aturan itu sendiri. Dari pelanggaran itulah aku mengenal
musik, dari radio walkman yang dengan diam-diam kuselipkan memasuki
pintu asrama itu aku mampu meracik obat mujarab pada setiap rasa ketika aku tak
mampu mengungkapkannya.
Aku termasuk tipe
penyuka musik yang beraliran pop, mellow, atau segala musik yang mampu
membuat hati ini galau, bimbang, dan dilema. Musik seperti itu membuatku
tenang. Ketika aku harus menghadapi masalah yang besar, saat aku merasa
semuanya terlalu sulit untuk dijalani, dan saat rasa takut yang
setakut-takutnya menerpaku bagai angin puting beliung, musik menjadi semacam
virus baik yang cocok dengan tubuhku, akan menguatkanku menghadapi everythings.
Meski begitu, bukan berarti aku tak suka jenis musik yang lain, aku tetap
menyukainya, sesuai kata hatiku.
Kembali pada flashback-ku, ketika aku masih
SMP, tepatnya ketika usia masa SMP-ku hampir habis, saat itu asrama telah
sedikit melonggarkan peraturan pada kami siswa yang hampir lulus. Asrama
menjadi tempat terindah buatku. Tempat yang dulunya penuh dengan kemuakan akan
aturan-aturan yang cukup menyiksa—meski maksud dari semuanya adalah demi
kebaikan kami—tapi, tak ada aturan yang tak menyiksa.
Saat itu asrama penuh
musik, segala alat elektronik yang sebelumnya menjadi barang “haram” kini
merajalela didalam asrama. Kami menyiapkan persembahan terakhir untuk adik-adik
kami sebagai ucapan perpisahan. Tentunya berkaitan dengan musik. Tangis, tawa,
canda, marah, semuanya menyatu dalam kebersamaan kami, dalam iringan musik.
Pada malam puncak
penyelenggaraan acara perpisahan kami dengan adik kelas, lagu dari Band Nidji
dengan judul Biarlah, yang menjadi persembahan terakhir yang dilantunkan oleh
salah satu grup band yang dibentuk oleh beberapa temanku membawa aku melayang
kedalam rasa yang tak akan pernah bisa kuungkapkan dengan kata-kata yang tepat,
terlalu indah, sangat penuh dengan makna, dan selalu mengingatkanku pada
semuanya tentang memoriku ketika hari-hari yang panjang itu harus kulalui
dibalik asrama.
Menjelang Malam, 24 Agustus 2012
0 Response to "My Music is My Feeling"
Post a Comment