CAPS LOCK: HASTAG KAMPUS FIKSI EMPAT BELAS! - PART 1
(Sebuah
curhat memble dari seorang peserta #KampusFiksi yang sedang main petak umpet
dengan tulang rusuk)
Jujur saja, sebenarnya aku malas menulis catatan perjalanan atau laporan
mengikuti kegiatan apalah-apalah. Tapi kali ini demi #KampusFiksi14, aku
sekuat tenaga mengalahkan rasa malas itu. Dan, akhirnya tulisan ini pun selesai
kuketik .
![]() |
#KAMPUSFIKSI |
PART 1
Begini
awalnya, pertama kali benar-benar ngeh sama acara macam Kampus Fiksi tuh
setelah salah satu temanku di kampus pada suatu hari—ciaileh, pada
suatu hari, kek mau bikin dongeng aje—pergi ke Jogja dan
pulang-pulang bawa sekardus buku. FYI, temen yang berangkat ke Jogja ini adalah
temen satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Aku ikut UKM jurnalistik gitu
di kampus. Jadi doi abis dari Jogja, mampir ke basecamp UKM,
sekardus bukunya dibagi-bagi, yang mau minta tinggal ambil.
Aku,
yang hanya makhluk penikmat hotspot gratis di basecamp UKM itu
pun ikut nyomot beberapa buku. Lalu tanya sama doi, “dapet buku
sebanyak ini dari mane, Neng?” nggak pakai logat Betawi
juga>
Dia
jawab, katanya dapat buku sebanyak itu dari DivaPress, habis ikut acara Kampus
Fiksi.
Ngeh-lah aku atas alasan doi pergi ke Jogja
pada suatu hari tersebut, sekaligus aku juga ngeh kalau Kampus Fiksi itu
benar-benar acara yang nyata. Sebenarnya sih aku sudah tahu dengan acara
Kampus Fiksi itu via blog-nya DivaPress, tapi nggak begitu
merhatiin. Dan baru setelah ada temanku yang lolos seleksi dan benar-benar ke
Jogja untuk ikut pelatihan aku mulai berniat untuk mengekor.
Tapi
sialnya pas niat udah benar-benar terkumpul, semangat menggebu-gebu, eh
Kampus Fiksi-nya belum buka pendaftaran lagi. Nyesek, susah makan, susah
tidur.
Pada
akhirnya, aku pun menjalani hari-hari yang sepi seperti biasanya, sampai lupa
dengan mimpi ikut Kampus Fiksi.
Tapi,
tapi, tapi, beberapa waktu kemudian, pas lagi zamannya ngetik skripsi,
atas perantara Tuhan Yang Maha Esa, jemari saya dituntun menuju blog DivaPress.
Sebuah informasi yang selama ini saya tunggu-tunggu telah di-posting. Senengnya
luar biasa dongs! Langsung saat itu
juga aku kirim cerpen yang sudah sejak lama menunggu di folder penampungan.
Nggak perlu waktu lama, cerpen “Apakah Aku
Harus Membunuhmu?” dinyatakan lolos seleksi dan membuat saya menjadi salah satu
mahasiswa Kampus Fiksi untuk Angkatan 14. Tahu nggak, kalau pengumuman
pembagian angkatan ini keluar pada Maret 2015, dan Angkatan 14 rencananya akan
diselenggarakan pada akhir Agustus 2015. Berarti aku harus menunggu kurang
lebih 5 bulan lagi. Hiks lamanyooooo!
SKIP.... Terlalu lama basa-basinya.
Singkat,
akhir agustus datang. Kampus Fiksi Angkatan 14 belum juga dimulai karena
ternyata diundur ke akhir oktober. Nunggu lagi. Hiks sedih L
Sebelumnya
aku juga dapat email dari Kampus Fiksi yang menawarkan seat untuk
angkatan 13, tapi aku telat membukanya, dan pas aku buka email itu ternyata seat
13 sudah terisi. Tak pa-pa, mungkin ini jalan Tuhan supaya aku bisa kenal sama
kalian anak-anak Angkatan 14.
Setelah
sekian lama menunggu, akhirnya email yang berisi undangan dari Kampus Fiksi
masuk lagi ke inbox-ku. Langsung saja aku menuruti semua permintaannya,
mulai dari konfirmasi, buat surat pertanyaan bermaterai, buat daftar
pertanyaan, dan sebagainya... dan sebagainya...
Dan
akhirnya waktu berangkat ke Jogja pun telah tiba. Horaaaaay!
------#KAMPUSFIKSI14-------
Perjalanan
menuju Jogja ku mungkin nggak semenarik kisahnya Anak Palembang yang
harus naik bus antar pulau demi ikutan Kampus Fiksi, juga nggak bisa
dibilang sangar kayak ceritanya anak Lombok yang mesti naik pesawat khusus
untuk meramaikan Kampus Fiksi. Secara gubuk tempatku berteduh hanya berada di
Boyolali, sebuah kabupaten yang dikenal dengan sapi-sapi dan susu-susunya yang
sangat jarang kujumpai, yang jaraknya cuma sejengkal saja dari Jogja. Otomatis
aku nggak bakal naik bus antar pulau, apalagi pesawat untuk mencapai
tanah Jogja nan luar biasa itu. Nggak bisa narsis di medsos
dengan status Otewe Jogja, karena itu sudah terlalu mainstream.
Ceritanya,
tanggal 30 Oktober 2015 kemarin itu aku masih harus masuk kerja, pulang jam
16.00 WIB. Otomatis aku nggak bakal bisa sampai di Jogja pukul 17.00 WIB
seperti yang diharapkan pada surat undangan. Tapi nggak pa-pa,
sebelumnya aku sudah kirim WA ke salah satu panitia Kampus Fiksi yang nomornya
ikut disebarkan di surat undangan, Mbak Avifah Ve
dan dia bales kalau tiba di Jogja jam 19.00 WIB nggak pa-pa. Fiks, saya
berangkat dari Solo sepulang kerja. FYI, saya memang kerjanya di Solo, tapi
rumah di Boyolali. Jarak kantor sampai rumah kira-kira 40 menit.
Karena
sama sekali nggak tahu rute, aku pun sempat nyasar-nyasar. Maklumlah ini
kali pertama aku ke Jogja naik motor sendirian. Biasanya kalau ke Jogja aku
selalu naik kereta atau kalau naik motor pun selalu bareng teman. Ngandalin
Google Maps pun nggak ada gunanya, kalau sudah di jalanan itu
semuanya beda, iya beeddaaaaaa. Tapi bukan salah siapa-siapa, bukan
salah gue, bukan salah temen-temen gue.
Intinya
aku sampai kebablasen sampai UIN Suka Jogja, padahal harusnya belok di
sekitaran jembatan layang arah Berbah – Jalan Wonosari, dan seterusnya... dan
seterusnya...
Setelah
tanya sama bapak-bapak tukang becak—yang selalu jadi andalan buat tanya arah jika
nyasar—aku pun kembali pada jalan yang benar.
Singkat,
aku pun sampai di Alf*mart pertama di Jalan Wonosari. Tempat yang dijanjikan
sama panitia untuk penjemputan peserta yang datang mengendarai motor atau
bahkan mobil. Nunggu beberapa saat sambil belanja dua kotak susu di
minimarket saingannya Ind*maret tersebut, akhirnya mbak-mbak berkacamata yang
sebelumnya sudah kukirimi pesan via WA dan SMS datang menjemput. FYI, namanya
Mbak Tiwi a.k.a Utami Pratiwi itu lho J Aku pun mengikuti laju motor Mbak Tiwi dan sampailah di
Asrama Kampus Fiksi yang letaknya ternyata agak masuk-masuk gang.
![]() |
Selamat Datang, Kampus Fiksi Angkatan 14 |
Di
sana sudah sangat ramai. Ada yang ngobrol-ngobrol, ada yang
mondar-mandir, ada pula yang tiduran. Aku pun di masukkan ke kamar yang
pintunya ada tempelan tulisan “GENT”. Ketemu beberapa cowok yang
jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah tumpukkan kasurnya. Kenalan bentar
lalu keluar buat cari kamar mandi. Setelah kembali ke kamar aku baru ngeh
kalau ternyata di sana ada artis. Ya, siapa lagi kalau bukan Mas GusMul alias
Agus Mulyadi, cowok paling ganteng se-Magelang yang sudah menelurkan “ Jomblo
Tapi Hafal Pancasila”, dan nulis artikel di Mojok.co soal Pelajaran Berharga Dari Mini Drama AADC 2014 yang udah berkali-kali aku baca, dan tak pernah menemui
kata bosan. tapi nggak pa-pa ding, sudah dapet foto bareng.
------#KAMPUSFIKSI14-------
Sekitar
jam 19.30 waktu Jogja, acara dimulai. Dibuka oleh seorang MC yang bernama
Wahyu, tapi meminta untuk dipanggil sebagai Oom Gading yang entah bagaimana
asal-muasalnya, aku nggak ngeh, dan nggak mau ngeh.
Setelah
dibagikan member card secara simbolis yang kebetulan diwakilkan kepada
diriku yang bukan siapa-siapa ini, dan seorang rekan peserta lain asal
Kabupaten Semarang, acara pembukaan oleh Sang Master Rektor Kampus Fiksi yang
sekaligus juga CEO DivaPress Bapak Edi Akhiles pun dimulai.
![]() |
Suasana Kampus Fiksi Angkatan 14 |
Acara
pembukaan oleh Pak Edi ini bisa dibilang sangat santai, ya
perkenalan-perkenalan dulu lah yaaaa. Setelah Pak Edi selesai memberikan
sambutan, acara diteruskan dengan penyampaian ide oleh Mbak Rina, doi editor fiksi
di DivaPress loh. Di sini masing masing peserta Kampus Fiksi Angkatan 14
diminta untuk menyebutkan sebuah judul novel yang ditulis oleh seorang penulis
terkenal untuk kemudian diadaptasi menjadi sebuah cerpen. Gara-gara duduk di
bangku bagian paling depan dan berada di tengah-tengah, aku mendapat jatah
untuk menyebutkan judul novel pertama kali.
Tanpa
pikir panjang, karena memang lumayan jarang baca novel yang ditulis oleh
penulis terkenal, dengan sangat lugunya aku menyebut Supernova: Ksatria,
Puteri, dan Bintang Jatuh buah cipta Dee a.k.a Dewi Lestari. Alhasil, waktu
diminta untuk menuliskan outline untuk cerpen yang rencananya akan ditulis
esok hari berdasarkan cerita novel tersebut dengan ending yang berbeda, aku
sempat dibuat pusing sembilan keliling. mainstream
>
Gimana
nggak pusing? Lha
wong novel itu sudah lama sekali tak bacanya. Apalagi ceritanya
yang njlimet itu membuat saya tak paham gimana inti ceritanya.
Lalu, untuk tetap mempertahankan hidup di Kampus Fiksi, saya pun membaca
beberapa review novel tersebut di internet untuk mengembalikan ingatan.
<Tengkyu Gugel!>
Usai
beberapa teman mempresentaikan outline cerpen-nya, kami pun melakukan
sesi perkenalan. OKE INI BAGIAN YANG PALING PENTING!!!
------#KAMPUSFIKSI14-------
Baca kelanjutannya di PART 2!
Hahaha ditunggu part berikutnya ya :)
ReplyDeletepart 2 ne wes sekalian mas. lihat wae link PART 2... hmmm.
ReplyDeleteAh Mas Ibnuuuuuu. Kamu lucu deh:3 *cubit-cubit*
ReplyDeletemaksaaa...
ReplyDelete